5 Hikmah Rukun Sa’i Ketika Ibadah Haji dan Umrah

Kategori : Umrah, Haji, Ditulis pada : 31 Oktober 2023, 15:11:12

Berbicara mengenai ibadah haji dan umrah pastinya sangat menarik bagi kaum muslimin, apalagi untuk Anda yang sedang menyiapkan diri untuk menjalani ibadah ke tanah suci. Banyak hikmah yang bisa Anda ambil dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain meningkatkan spiritualitas Anda, Anda dapat memaknai rangkaian ibadah yang Anda kerjakan ketika di tanah suci.

terlebih ketika mengerjakan rukun-rukun haji dan umrah, salah satunya adalah rukun sa’i. Sa’i merupakan rukun ketiga setelah ihram dan thawaf. Serupa dengan rukun-rukun yang lain, sa’i mempunyai karakteristik khusus dalam aktivitasnya. Istimewanya lagi, Anda dapat memetik hikmah dari sejarah mengapa sa’i menjadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Secara bahasa, sa’i memiliki arti usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal adalah lari-lari kecil bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan terakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa yaitu sejauh 400 meter, jadi total menempuh jarak  kurang lebih 3 kilometer jika bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentunya, Anda wajib memiliki persiapan kesehatan tubuh sebelum menjalani rukun ini. Misalnya, olahraga secara teratur seperti berjalan berapa langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat menambah kekuatan fisik Anda. Jadi tubuh Anda jauh lebih kuat saat menunaikan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Sa’i

Bila menilik sejarahnya, sa’i ini berawal dari kisah Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Palestina ke Makkah. Saat itu, merupakan hal yang berat untuk Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di tanah yang gersang nyaris tiada kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan dibelakang suaminya, pun ketika Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di Makkah. Siti Hajar bingung dengan apa yang terjadi, berkali-kali ia bertanya pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Kemudian ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab.

Lalu Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang memerintahkanmu, wahai Ibrahim?” Kemudian Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang menyuruhku.” Dengan wajah yang bahagia kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menelantarkan kami.

Nabi Ibrahim pun kembali ke Palestina. Meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah gersang tersebut karena Allah SWT. Ia mengembalikan segala urusan pada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga taat kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan ditolong oleh Allah.

Selama berhari-hari ia berusaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Hingga suatu hari perbekalannya sudah tak ada lagi, Ismail kecil juga terus menangis karena kehausan. Lalu, Siti Hajar kesana kemari mencari sumber air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berjalan cepat dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa tahu di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang tampak. Ia bolak-balik sebanyak 7 kali, sembari terus memohon kepada Allah, yakin Allah akan datangkan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah hadirkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

Tidak disangka, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru hadirkan sumber mata air dari bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan sampai sekarang masih bisa Anda nikmati yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, jika Allah telah menghendaki apapun bisa saja terjadi.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki cerita, disebut air zamzam sebab sumber air tersebut terus memancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah akan tenggelam apabila hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berkata “Zamzam, zamzam!” yang artinya, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar tetapi sesuai kebutuhan.

Hikmah Sa’i

Belajar dari Siti Hajar, banyak sekali hikmah yang dapat Anda petik dari rukun sa’i. Ada nilai-nilai positif yang dapat Anda laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut hikmah yang bisa Anda simak:

Belajar Tentang Keimanan

Siti Hajar adalah salah satu hamba yang dicintai Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari respon beliau ketika Nabi Ibrahim mengatakan bahwa apa yang dikerjakannya adalah karena perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya, walaupun secara kasat mata ia tinggal di tanah yang tandus saat itu.

Tawakkal

Siti Hajar juga menunjukkan betapa ia sangat tawakkal kepada penciptanya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal adalah sikap menyerahkan segala apa yang terjadi sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu, dalam sikap tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di dalamnya. Tugas manusia adalah berusaha, tetapi soal takdir Allah yang menentukan. Sehingga tetap memasrahkan diri kepada Allah sebagai satu-satunya penolong dan Yang Maha Menghendaki.

Mendahulukan Ikhtiar

Seperti pemaparan di atas, tawakkal tetap disertai dengan usaha. Ibunda Siti Hajar memberi contoh bagaimana ia tiada berputus asa menemukan sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia terus bergerak tiada henti, diiringi keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berusaha. Sehingga Allah berikan pertolongan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berikhtiar dengan cara apapun selama itu dengan jalan yang diridhoi Allah. Akan tetapi, terkadang Allah hadirkan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka. Tidak harus dari apa yang Anda inginkan, tetapi tetap meyakini bahwa itulah yang terbaik versi Allah.

Ikhlas

Sebagai penutup, dari sa’i Anda dapat belajar tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menjalani ketetapan takdir yang Allah berikan, menaati perintah-Nya dengan ikhlas tanpa keluhan saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membesarkan Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya rasa ikhlas, akan sulit rasnya menerima ketetapan Allah, sebab sifat manusia yang tak pernah ada puasnya.

Nah, itulah hikmah sa’i yang bisa Anda ambili dari kisah Siti Hajar. Semoga dapat menambah keimanan Anda, juga semakin bersemangat saat menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id